Bahwa saat orang lain sudah tak berbapak ibu, saat itulah aku sadar, tak selamanya aku selalu memiliki kalian di dunia ini.

Bapak, Ibu.
Aku dulu membenci kalian. Entah dalam beberapa tahun berlalu, bara itu ada di hati. Aku tak sadar pada awalnya. Namun, saat aku terlalu meledak bagaimana menceritakan hal menyebalkan yang kalian lakukan, aku sadar. Saat aku tak merasa bersemangat untuk membahas rasa cinta untuk kalian, aku tahu. Bahwa aku tak memiliki sesuatu, yang orang lain miliki untuk orang tuanya. Cinta terhadap Bapak Ibunya.
Beberapa bulan ini, aku merampungkan sebuah buku. Di sana adalah catatan yang pernah aku rasakan dari pola asuh kalian. Bagaimana aku kecewa, bagaimana aku merasa tertinggal karena kalian, bagaimana aku merasa tak seutuhnya dicintai.
Tahukah kalian, aku sudah merasa mengobati luka itu. Aku sudah merasa memaafkan kalian. Bahkan, aku sudah merasa bahwa hubungan kita baik-baik saja. Namun, ternyata itu hanya pikiran sadarku saja. Di pikiran bawah sadarku, aku masih mengutuk.
Padahal, aku tak tahu bagaimana perjuangan kalian dulu membesarkanku. Bahwa aku sekarang seorang ibu. Aku tahu bagaimana lelahnya merawat anak, apalagi saat kenyataan tak sejalan dengan harapan. Tangisan yang memekakkan telinga, permintaan aneh saat pikiran dan hati lelah, atau hal yang sudah jelas dilarang tapi masih dilakukan sang buah hati. Dan aku, masih saja merasa aku ini orang tua hebat dan memandang sebelah mata atas berpuluh tahun rawatan tangan kalian membelaiku.
Bahwa saat orang lain sudah tak berbapak ibu, saat itulah aku sadar, tak selamanya aku selalu memiliki kalian di dunia ini.
Sungguh. Beribu maaf takkan bisa kugantikan dengan semua kelakuan nakalku, dengan semua ucapan kasarku, dengan semua pertentangan dan sikap durhakaku.
Bapak, Ibu. Dengan semua itu, masihkah kallian membuka kesempatan untukku membalas jasamu. Walau aku tahu, jasamu takkan terbalas.
Bapak, Ibu, aku merindukan kalian. Doaku selalu menyertai setiap langkah kalian. As always.
Semoga Bapak Ibu mba Dhita membaca tulisan ini ya. Doa seorang anak akan selalu sampai untuk kedua org tuanya. In sha Alloh.
Aamiin ya Rabb. Makasih ya Mbak sudah membaca. ?
Kalau ada pola asuh ortu yg kurang tepat, dijadikan koreksi buat kita mengasuh anak2, tp biar gimana, ortu tetaplah orang yang paling menyayangi kita.
Peluuuk.. ikut berdoa untuk bapak dan ibunya ya mba.. 🙂
Bapak dan Ibu… Walau kadang mereka berbuat salah dan aku merasa mereka jahat padaku, tapi aku selalu bersyukur telah menjadi putri mereka :’)
Huaa, Mbak Dhita, semoga segera terobati ya rasa sedih dan kecewanya. Aamiin
Seringkali anak-anak baru akan merasakan betapa hebatnya orang tua ketika sdh menjalani peran menjadi orang tua.
Saya yakin, fitrah setiap orang tua adalah memberikan yg terbaik utk buah hatinya tanpa perduli kesah dan letih.
Salam kagem bapak Ibuk Mbak Dhita, semoga beliau selalu dalam bahagia di masa kehidupan di dunia maupun setelahnya. Aamiin
Terharu jadi kangennn bapak ibuuuu hiksss
Auto terharu deh kalau ngomongin soal orang tua. Apalagi ditambah quote dari drama 1988. Hiks hiks
netes aku bacanya mba, memang jasa orangtua begitu besar kita nggak akan pernah bisa membayarnya…
Ya Allah, berdesirrr mb baca postingan ini. Doa anaklah yang paling terbaik untuk kedua orang tuanya ya mbaaa. Pastinya ortu seneng banget kalo bisa baca tulisan ini
Siapa yang naruh bawang di sini? 🙁
(Buru-buru peluk babe enyak)
Kasih sayang orang tua takkan terbalas sampai kapanpun. Mengharukan mb ??